KEBANGGAAN MENJADI KARYAWAN

Karyawan, Cerita, Motivasi, Inspirasi, Renungan

Anekdot ini diambil dari kisah nyata. Salah satu komunitas entrepreneur terbesar di Indonesia selalu kesulitan untuk mencari pekerja yang bertugas untuk mengurus sekretariat. Padahal gaji serta fasilitas yang diberikan sangatlah menarik. Rata-rata petugas yang bekerja di sana paling lama hanya bertahan tiga bulan, setelah itu mengajukan pengunduran diri. Setelah dicari tahu kenapa banyak yang mengundurkan diri, ternyata bukan karena tidak betah, melainkan karena setiap hari mereka bertemu dan mengurus para entrepreneur. Hal ini membuat mereka pun ketularan virus entrepreneurship.

Kepada rekan saya yang sering memberikan pelatihan pada calon entrepreneur saya melontarkan pernyataan yang membuat dia tersenyum. “Kalau semua orang ingin jadi entrepreneur, terus yang jadi karyawan siapa?”

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mematahkan semangat entrepreneurship yang sekarang sedang marak dibicarakan. Tulisan ini bertujuan ingin meluruskan pemahaman bahwa tidak ada yang salah dengan menjadi karyawan. Saat ini memang tengah terjadi demam entrepreneur. Tren yang terjadi adalah semua orang tampaknya ingin menjadi entrepreneur sehingga timbul sentimen tidak perlu yang seolah-olah mengatakan bahwa menjadi entrepreneur itu lebih prestis atau bergengsi. Apalagi ada ungkapan yang terkesan ngeledek karyawan “Masih mau jadi orang gajian?” Padahal ungkapan ini bukan hanya ngeledek karyawan tapi juga ngeledek anggota DPR yang setiap lima tahun sekali berlomba-lomba agar dipilih untuk menjadi orang gajian.

Seperti yang saya tulis dalam buku motivasi saya, Motivaction: Mimpi Atau Mati, kita harus fokus pada hal yang menjadi kekuatan kita. Belajar dari pengalaman saya sebagai pelawak yang di tahun 90-an harus tergabung dalam sebuah grup membuat waktu banyak terbuang untuk mencoba mengikuti tren. Padahal, saya punya kekuatan yang tidak banyak dimiliki orang lain, yaitu mampu melawak sendiri. Jadi coba lihat lagi kekuatan diri Anda. Jika Anda memiliki kekuatan sebagai karyawan fokuslah pada kekuatan itu, bukan kemudian ikut-ikutan tren menjadi entrepreneur.

Hal yang harus kita luruskan bersama adalah tidak ada yang salah dengan menjadi karyawan. Tapi jadilah karyawan spesial. Bukan karyawan yang bekerja hanya sekadar bekerja. Atau karyawan yang kerjanya hanya menunggu tanggal gajian tiba. Jadilah karyawan yang memiliki "value" atau bernilai lebih.

Dengan jadi karyawan yang tidak hanya sekadar bekerja maka Anda akan terhindar dari merasa capek, lelah, jenuh atau bosan karena kerja terus tapi gaji tak pernah cukup. Bekerja menjadi karyawan yang memberi "value" akan membuat Anda lebih menikmati pekerjaan. Ada sikap positif yang menimbulkan energi positif pula. Lebih dari itu, Anda punya tujuan jelas dalam bekerja. Tujuan ini dengan sendirinya akan membuat Anda semangat.

Seperti apa sih contoh memberikan "value" dalam bekerja? Mudah, tapi harus ikhlas dan konsisten dilakukan. Misalnya, dengan tidak hitung-hitungan dalam bekerja. Kalau ada rekan yang mengulur-ulur waktu dalam menyelesaikan satu tugas agar tidak dibebankan tugas lain, maka Anda sebagai karyawan yang mampu memberikan "value" akan bertindak sebaliknya. Ketika Anda sudah menyelesaikan satu penugasan, Anda malah bertanya pada atasan, "Ada yang lain yang bisa saya kerjakan, Bos?"

Dengan begitu, Anda memiliki poin lebih dibanding rekan lain di mata atasan. Ketika ada promosi atau kesempatan naik jabatan, maka "value" yang selama ini Anda berikan menjadi nilai lebih yang membuat atasan pasti langsung memilih Anda daripada rekan lain. Sederhana sekali bukan? Jika ada dua orang karyawan yang sama-sama pintar, sama-sama lulusan luar negeri, tapi hanya ada satu posisi. Maka "value" Anda sebagai karyawan yang dikenal rajin dan ringan tangan dalam bekerjalah yang kemudian menjadi penentu.

Bagaimana jika loyalitas serta kinerja saya yang super rajin tidak mendapat apresiasi dari atasan maupun perusahaan? Tidak ada kenaikan gaji, tidak ada kenaikan jabatan apalagi bonus naik haji. Jika Anda melakukan pekerjaan dengan senang hati maka pikiran ini akan jauh dari Anda. Pikiran-pikiran seperti ini apabila dipikirkan hanya akan membebani pikiran. Bukan gaji Anda yang naik, tapi malah tekanan darah yang naik. Anda bisa jadi stres, porsi makan naik sehingga berat badan bisa dipastikan naik. Lalu siapa dong yang menghargai prestasi kerja saya? Percayalah, tidak ada yang sia-sia di mata Tuhan. Keikhlasan Anda dalam bekerja, saya yakin pasti akan mendapatkan balasan yang lebih dari Tuhan. Hanya kita saja yang terkadang tidak menyadarinya.

Saya akan mengajak Anda untuk mengenal beberapa nama berikut: Houtman Zainul Arifin, Wishnutama, dan Agung Adiprasetyo. Mereka adalah karyawan-karyawan yang berhasil mencapai puncak dalam kariernya. Almarhum Houtman Zainul Arifin mengawali kariernya sebagai karyawan di Citibank dengan posisi paling rendah yaitu office boy. Kegigihan dan value yang diberikan dalam bekerja mengantarkannya ke posisi vice president Citibank. Wishnutama yang sekarang menjadi pendiri dan petinggi Net TV mengawali kariernya sebagai asisten produksi di Indosiar. Setelah pindah ke Trans TV kariernya semakin melejit dengan posisi terakhir sebagai Presiden Direktur Trans TV. Agung Adiprasetyo yang sekarang merupakan CEO Kompas Gramedia Group mengawali kariernya sebagai petugas pemberi stempel pada koran sebagai bukti iklan.

Saya mempelajari karier ketiga orang tersebut. Dari perjalanan karier mereka saya mendapatkan satu benang merah. Sebagai karyawan mereka bukan hanya sekadar bekerja. Mereka memberikan value yang membuat mereka menjadi karyawan yang lebih unggul dibanding karyawan lain. Value inilah yang mengantarkan mereka terus bergerak ke atas dalam struktur piramida perusahaan yang makin mengerucut ke atas. Percaya deh, memberi "value" atau nilai lebih dalam bekerja ujungnya pasti akan menguntungkan dan bermanfaat pada diri Anda. Kalau Anda konsisten memberikan "value", maka Anda pasti menjadi karyawan yang dibanggakan oleh perusahaan. Anda pun boleh berbangga hati menjadi karyawan yang sukses dengan karier cemerlang.

Sumber: Andriewongso

0 Response to "KEBANGGAAN MENJADI KARYAWAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel