Nasihat Nabi Khidir Kepada Musa AS
Bagaimana mungkin seseorang yang kebutuhannya akan dunia belum selesai dan kecintaannya pada dunia juga belum habis, akan menjadi seorang ahli ibadah?(abid). Bagaimana mungkin seseorang yang belum puas akan keadaannya, dan masih mencurigai (berburuk sangka kepada) Allah berharap apa yang ditakdirkan oleh Allah kepadanya, akan menjadi orang yang ahli zuhud (zahid?) Dapatkan syahwat dikendalikan oleh seseorang yang masih dikuasai oleh hawa nafsunya?
Dari Umar Ibn Khathab r.a, ia berkata:” Rasulullah s.a.w bersabda, “Saudaraku Nabi Musa AS, berkata,” Wahai Tuhan, perlihatkanlah kepadaku sesuatu yang pernah Engkau perlihatkan kepadaku (ketika) berada di atas perahu.”
Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada Musa as yang isinya “Wahai Musa, sesungguhnya dirimu pasti akan melihatnya.”
Dan dalam waktu yang tidak begitu lama datanglah Nabi Khidhir as kepada Musa as dengan tubuh yang begitu harum dan dia mengenakan pakaian putih yang amat indah. Nabi Khidhir lalu berkata, Assalamualaika wahai Musa Ibn Imran, sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam dan rakhmatNya kepadamu.”
Nabi Musa as menjawab,”Huwa as-salam wa alaihi as-salam, wa minhu assalam, wa alhamdulillahi rabb al-alamin alladzi la uhshi ni’amahu, wa la aqdiru ala syukrihi illa bima unatih.”
Selanjutnya Nabi Musa as berkata,” Aku ingin engkau memberi wasiat kepadaku yang sekiranya Allah memberikan kemanfaatannya kepadaku sepeninggal engkau nanti.”
Nabi Khidir as, lalu berkata, “Wahai penuntut ilmu! Sesungguhnya orang berbicara (guru) itu lebih sedikit rasa bosannya dari pada mendengarkan (murid). Maka janganlah engkau merasa bosan terhadap jamaahmu apabila kau menyampaikan sesuatu kepada mereka. Ketahuilah, bahwa hatimu bagaikan sebuah wadah. Maka perhatikanlah apa yang engkau isikan kepada wadahmu itu.Kenalilah dunia lalu letakkan di belakangmu. Karena ia bukanlah tempat tinggal yang tepat bagimu, dan kau juga tidak akan abadi selamanya tinggal di dalamnya. Karena dunia diciptakan sebagai tempat untuk mencari bekal bagi para hamba agar mereka bisa mengumpulkan bekal darinya demi kehidupan akhirat.
Wahai Musa! Arahkanlah dirimu untuk bersikap sabar, maka kau akan mendapatkan sikap santun.Jadikanlah ketakwaan sebagai sifat yang selalu melekat di hatimu, maka kau akan mendapatkan ilmu pengetahuan.Dan biasakanlah dirimu untuk selalu sabar, maka kau akan terbebas dari dosa.
Wahai Musa, kejarlah ilmu jika memang dirimu benar-benar menginginkannya, karena ilmu itu hanyalah untuk orang-orang yang mau mengejarnya. Janganlah engkau menjadi orang yang suka mengagumi diri sendiri, sehingga pikiranmu menjadi tak karuan karenanya.Sesungguhnya banyak bicara saat mengaji akan merendahkan para ulama (yang mengajarnya), dan akan membongkar keburukan diri yang dirahasiakan. Tetapi hendaklah engkau bersikap sedikit bicara, karena hal itu merupakan bagian dari taufik dan kebenaran. Berpalinglah dari orang yang masih bodoh (jahil) dan bersikap santunlah terhadap orang-orang yang dungu (sufaha), karena hal itu merupakan kelebihan (sikap) orang-orang yang bijaksana dan merupakan hiasan yang memperindah para ulama. Apabila orang bodoh mencaci maki dirimu maka diamlah demi keselamatan, dan jauhilah orang itu. Karena kebodohan pada orang itu akan membahayakan dirimu, dan makiannya kepadamu juga akan jauh lebih parah dan lebih sering (jika kau mendebatnya).
Wahai putra Imran! Sadarlah bahwa ilmu yang sudah diberikan kepadamu itu hanyalah sedikit, karena bentuk penyimpangan dan tindakan yang gegabah sering terjadi disebabkan oleh sikap memaksakan diri.
Wahai putra Imran! Janganlah engkau membuka pintu sebelum kau tahu apa yang digunakan untuk menutupnya, dan jangan pula menguncinya sebelum kau tahu apa yang digunakan untuk membukanya.
Wahai putra Imran! Bagaimana mungkin seseorang yang kebutuhannya akan dunia belum selesai dan kecintaannya pada dunia juga belum habis, akan menjadi seorang ahli ibadah?(abid). Bagaimana mungkin seseorang yang belum puas akan keadaannya, dan masih mencurigai (berburuk sangka kepada) Allah berharap apa yang ditakdirkan oleh Allah kepadanya, akan menjadi orang yang ahli zuhud (zahid?) Dapatkan syahwat dikendalikan oleh seseorang yang masih dikuasai oleh hawa nafsunya?Dan dapatkan seseorang yang menginginkan agar ketekunannya menuntut ilmu dapat bermanfaat baginya, sementara kebodohannya tetap mendorong dirinya ke arah nafsunya? Karena sesungguhnya perjalannya adalah menuju akhirat, sementara ia justru terus sibuk dengan dunianya.
Wahai Musa! Pelajarilah ilmu yang bisa kau amalkan agar kau bisa selalu mengamalkannya, dan janganlah kau mempelajarinya hanya untuk memperbicangkannya, karena hal itu tidak ada gunanya bagimu walau mungkin ada gunanya bagi orang lain.
Wahai putra Imran! Jadikanlah zuhud dan takwa sebagai pakaianmu. Ilmu dan zikir sebagai ucapanmu. Perbanyaklah pahala kebaikan, karena kau juga melakukan banyak dosa. Goncangkanlah hatimu dengan perasaan takut kepada Allah, karena hal itu akan diridloi oleh Tuhanmu! Lakukanlah perbuatan baik, karena kau pasti juga melakukan hal sebaliknya. Sungguh diriku telah memberikan nasehat jika kau benar-benar mengingatnya.
Kemudian pergilah Nabi Khidir as, sehingga tinggalah Nabi Musa as sendirian dalam dalam keadaan sedih dan galau. (HR Thabrani dalam kitab al-Ausath).
0 Response to "Nasihat Nabi Khidir Kepada Musa AS"
Post a Comment