Filosofis Ekonomi Masyarakat Sunda
Konsep kehidupan mapan dalam setiap generasi dan budaya selalu memiliki ciri khas tersendiri. Meski perbedaan secara terminologi itu pasti, namun dari segi esensi memiliki kesamaan tujuan. Karena tujuan utama hidup adalah menuju kebahagiaan dan kenyamanan. Kebahagian dan kenyamanan dalam itu harus ditopang oleh berbagai unsur, salah satunya adalah ekonomi. Sehingga, dalam setiap generasi, kemapanan ekonomi selalu akan menjadi salah satu parameter utama kesuksesan generasi itu.
Dalam konteks kesundaan, nenek moyang kaum sunda telah mengajarkan kedisiplinan hidup agar perekonomian baik pribadi maupun publik dapat dikelola dengan baik menuju kesuksesan hidup. Landasan filosofis ini menjadi satu prinsip hidup orang sunda yang harus senantiasa memerhatikan manajemen ekonomi keluarga agar di masa depan tidak mengalami kebangkrutan atau kemiskinan. Prinsip utama ekonomi orang sunda tidak selesai cukup untuk makan saja namun lebih dari itu mampu memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Berikut makna filosofis dari beberapa pepatah sunda yang mencerminkan kedisiplinan ekonomi.
Ngeureut Neundeun-Nyokot Ninggalkeun
Istilah ini memiliki makna luhur bahwa seorang yang ingin sukses dalam ekonomi harus mengedepankan manajemen pengelolaan keuangan yang disiplin. Bagaimana kepemilikan harta itu harus dibagi ke dalam dua fungsi bahwa ketika kita memotong (ngeureut; makna literal) maka kita pun harus siap menyimpan (neundeun; makna literal). Begitu pula ketika nyokot (mengambil;makna literal) maka kita pun harus mampu ninggalkeun (menyisakan; makna literal). Terminologi ini memiliki makna dahsyat bahwa seorang sunda harus senantiasa berfikir dan bertindak visioner. Menatap masa depan penuh dengan harapan baik adalah suatu keharusan yang tertanam dalam makna filosofis pesan ini.
Kemampuan dalam pengelolaan aset antara yang digunakan (ngeureut/nyokot) dan yang diinvestasikan (neundeun/ninggalkeun) selalu disandingkan tanpa terpisahkan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebertahanan perekonomian seseorang hari ini dapat terpenuhi dengan konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan hari ini, tidak berlebihan dan mengedepankan kemauan yang bersifat euforia dan terkesan berlebihan atau mubadzir. Sementara masa depan atau hari esok yang akan kita lalui harus kita persiapkan pula dengan kepemilikan aset kita sebagai bagian dari manajemen investasi. Pemahaman komprehensip tentang dua terminologi manajemen ekonomi antara sistem pemakaian dan sistem investasi menjadi satu pesan utama bagaimana seseorang mampu untuk survive dalam menghadapi perubahan zaman di masa-masa mendatang.
Kesulitan dalam pengelolaan aset dalam upaya pemertahanan ekonomi kita adalah ketidakjelasan dalam hal pemilahan kebutuhan dan keinginan (need and want). Hal ini yang menjadikan seseorang tidak memiliki kejelasan konsep ekonomi dalam hidup. Sehingga pada akhirnya kebanyakan diantara kita berprinsip ‘bagaimana nanti bukan nanti bagaimana’ prinsip keliru bahkan prinsip salah ini yang akan mengakibatkan kebangkrutan dan kesengsaraan di masa depan. Oleh karena itu konsep ‘Ngeureut Neundeun-Nyokot Ninggalkeun’ merupakan solusi atas ketidakrapian manajemen ekonomi hidup manusia masa lalu, kini dan masa yang akan datang.
Saeutik Mahi-Loba Nyesa
Konsep orang sunda yang kedua dalam hal manajemen ekonomi adalah ‘saeutik mahi-loba nyesa’. Konsep ini mengajarkan pada kita bahwa dalam kondisi apapun kita memiliki ketercukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sautik mahi memiliki padanan kata ‘sedikit cukup’ dan loba nyesa adalah ‘banyak ada sisa’. Secara terminologi, konsep ini menjelaskan kepada kita bahwa banyak tidaklah selamanya berarti cukup dan sedikit tidaklah berarti kurang. Sedikit cukup adalah manajemen ekonomi yang optimal, sesuai fungsi dan senantiasa memahami arti dari sebuah kebermanfaatan dalam pengeluaran. Sementara banyak ada sisa menjelaskan kepada kita bahwa ketika dalam kondisi kepemilikan harta yang cukup, kita mampu menyisakan atau menyisihkan untuk masa depan.
Sautik mahi-loba nyesa mengisyaratkan bahwa sebagai pribadi yang memiliki perencanaan ekonomi yang baik senantiasa menghitung dengan cermat bahwa aspek manfaat adalah tolak ukur pengelolaan keuangan, baik pemasukan maupun pengeluaran. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang tidak boleh melakukan pengeluaran lebih besar dari pemasukan atau dalam istilah lain adalah besar pasak daripada tiang. Dalam pengaturan ekonomi yang sulit adalah bilamana kita dihadapkan pada kondisi sedikit. Di sini kita akan diuji sejauh mana kepiawaian kita untuk mampu menggunakan atau memanagenya dengan baik. menggunakan pengeluaran itu hanya untuk barang-barang yang memiliki prioritas tinggi dari segi manfaat. Berbeda ketika keuangan kita banyak atau aset kita melimpah, untuk melakukan pembagian akan lebih mudah. Akan tetapi pesan saeutik mahi-loba nyesa, tetap mngedepankan sisi manfaat dalam kedua kondisi (sedikit maupun banyak).
Pesan filosofis dari terminologi ini sangat jelas bahwa kehidupan itu harus terencana dengan baik. tanpa sebuah rencana yang baik maka akan sengsara dan tidak kompetitif. Perencanaan hidup yang baik adalah ketika semua tindakan yang kita lakukan memiliki keterukuran dan keteraturan dalam prediksi resiko dan keuntungan yang akan di dapat. Sehingga, apapun yang menjadi akibat dari perencanaan yang kita perbuat akan mampu terselesaikan dengan baik.
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "Filosofis Ekonomi Masyarakat Sunda"
Post a Comment