Pola Asuh Anak, Benar atau Salah?
Because of you
I never stray too far from the sidewalk.
Because of you
I learned to play on the safe side so
I don’t get hurt
Because of you
I find it hard to trust not only me
but everyone around me
Because of you, I am afraid.
(Because of You – Kelly Clarkson)
Lagu pembuka tulisan ini adalah jeritan seorang anak kepada orangtuanya. Jeritan ketika si anak sudah menjadi orang dewasa dan rekaman perlakuan orangtuanya membuat ia merasa ada yang salah dengan dirinya saat ini. Memang, kadang perilaku orangtua acap menyebabkan anak-anak terluka. Sayangnya, orangtua sering tidak menyadarinya.
Orangtua jelas manusia biasa. Mereka juga pernah menjadi anak-anak dan mendapat perlakuan tertentu dari orangtunya. Mereka juga tidak pernah belajar menjadi orangtua. Kebanyakan dari perilaku orangtua mereka ikuti dengan tidak sadar, sehingga menjadi orangtua adalah proses. Proses panjang, proses kerelaan untuk menciptakan jejak yang menyenangkan di benak dan hati anak-anak.
Kita sebagai orangtua, sibuk dengan dunia kerja dan menganggap hasil dari kerja itu adalah untuk buah hati kita. Lalu setelah dengan susah payah kita berusaha, tentu saja kita menginginkan mereka memberikan yang terbaik untuk kita. Imbasnya, proses timbal balik yang tidak dikomunikasikan dengan baik menjadi sebuah efek yang justru membuat anak menjadi pribadi yang rapuh untuk menghadapi masa depan yang lebih sulit.
Mereka kita amankan dengan berbagai cara. Mereka kita ciptakan seperti robot dengan arah panduan dari kita hingga tidak boleh salah sedikit pun. Padahal, kita tidak akan hidup selamanya. Kita bisa jadi lebih dahulu meninggalkan anak-anak kita. Jika bukan perlakuan yang membuat mereka menjadi pribadi mandiri yang kita lakukan, maka mereka akan menjadi individu yang bingung menghadapi kerasnya zaman.
Maka, mari kita coba dengarkan apa kata mereka. Jika saat ini anak-anak kita yang menjelang remaja, perilaku mereka menjadi “aneh” di mata kita, mungkin saatnya kita untuk mulai intropeksi. Berikut ini beberapa indikator jika mereka mulai merasa tidak nyaman dengan kita sebagai orangtua dan apa saja yang bisa kita coba lakukan untuk menjalin komunikasi yang baik demi pembentukan kepribadian dan karakter yang lebih baik untuk masa depan mereka
1. Apa Protes Mereka?
Tindakan salah yang sudah kita lakukan, pola asuh yang tidak berkenan di hati anak-anak sebenarnya bisa kita dengarkan dari apa yang terlontar dari mulut mereka berupa protes, yakni protes berupa kalimat yang keluar dari mulut mereka.
Protes itu bisa jadi karena mereka membandingkan apa yang kita lakukan pada mereka dengan apa yang dilakukan orangtua teman mereka pada teman-teman mereka. Kalau untuk protes yang seperti ini tentu saja kita tidak boleh terlalu mengikuti. Tapi jika protes itu adalah protes yang mereka lakukan khusus untuk sikap kita pada mereka, dan kita paham bahwa mereka melakukannya karena tindakan kita, itu saatnya kita mengubah pola asuh kita.
Misalnya, mereka menolak les yang kita minta dengan asalan tidak suka. Jika itu yang terjadi, kita bisa melihat lagi dan mengingat-ingat sebuah kursus itu kita berikan karena kita yang ingin atau anak yang ingin? Atau misalnya, mereka menolak untuk terlalu dipantau selama 24 jam, maka beri mereka kebebasan yang bertanggung jawab sehingga mereka sadar semua yang mereka lakukan ada konsekuensinya.
2. Seperti Apa Pemberontakan Mereka?
Naik dari tingkat protes dalam bahasa verbal adalah protes dengan menggunakan bahasa non verbal alias tingkah laku. Tingkah laku biasanya berupa perbuatan yang seringnya tidak kita pahami sehingga kita menyebut mereka mulai memberontak.
Jika pemberontakan itu menurut kita sudah di luar jalur di mana seharusnya mereka bersikap, coba dekati mereka. Mengajak bicara dengan petuah-petuah dari kita tanpa timbal balik dari mereka biasanya hanya akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sebab, itu sama saja dengan hanya membebani mereka dengan sesuatu dari sudut pandang kita semata.
Lakukan pembicaraan pada saat santai. Pada saat kita tidak tegang dengan beban pekerjaan dan pada saat mereka tidak tegang dengan tuntutan kita pada mereka. Jika kita mengungkapkannya dengan baik, mereka pasti mengerti.
3. Apakah Mereka Senang Dekat Kita?
Jika kita peka sebagai orangtua, kita akan paham apakah anak-anak kita menjaga jarak dengan kita atau tidak. Mereka akan menghindar dari kita setiap kita mulai berhadapan dengan mereka atau tidak? Mereka pura-pura sibuk dengan kegiatannnya di dalam kamar ketika kita ada, atau tidak?
Jika mereka yang biasanya ada di dekat kita, mulai terlihat menjaga jarak dan jarak itu terasa oleh kita, coba kita mulai mengambil langkah untuk mendekati mereka. Ajak mereka bicara. Tanyakan, apa ada yang salah yang telah kita lakukan pada mereka?
Jika mereka tidak bisa mengungkapkan kekecewaan pada kita dengan kata-kata, kita bisa meminta mereka untuk mengungkapkannya lewat bahasa gambar atau tulisan. Mungkin itu lebih melegakan untuk mereka.
4. Apa Mereka Bangga dengan Kita?
Kebanggan seorang anak kepada orangtuanya akan terlihat dengan jelas. Ketika mereka masih anak-anak di bawah lima tahun, mereka akan mengungkapkan kekagumannya dengan cara mengikuti apa yang kita lakukan dan kita kenakan. Mereka akan meniru kemampuan kita, mereka akan meniru gaya menyisir kita, dan bahkan mereka akan punya cita-cita seperti kita dulu bercita-cita.
Seiring berjalannya waktu, mereka memiliki teman sendiri, lingkungan sendiri, dan interaksi kita untuk mereka diambil alih lingkungan dan teman. Tapi, jika mereka tetap bangga pada kita dan menjadikan kita teladan, mereka akan bersikap seperti teladan yang kita berikan pada mereka. Mereka akan memilih teman yang akan menjaga mereka dari ajakan ke suatu hal yang buruk.
Jika mereka tidak bangga dengan kita, bahkan mungkin kita melihat coretan mereka di kertas yang mengungkapkan mereka tidak suka dengan kita, atau perilaku mereka yang melenceng dari jalur yang kita arahkan, coba ubah diri kita ke arah yang lebih baik. Lalu tanya langsung pada mereka, apakah kita sudah menjadi sosok yang membanggakan untuk mereka?
Usaha sungguh-sungguh kita akan membuat mereka paham bahwa segala sesuatu di dunia ini sifatnya tidak abadi. Sesuatu yang baik bisa berubah menjadi buruk atau sebaliknya. Karena itu, coba selalu lihat pola pengasuhan kita dari berbagai sudut pandang. Jangan hanya melihat baik buruk atau salah benar dari sudut pandang kita sebagai orangtua saja. Usahakan sesering mungkin berkomunikasi yang intensif dengan anak, sehingga mereka tahu kita ada untuk mereka. Dan sebaliknya, kita juga tahu bagaimana memahami pola pikir anak untuk membentuk pola asuhan yang lebih baik.
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "Pola Asuh Anak, Benar atau Salah?"
Post a Comment