Nuraini, Tukang Cuci yang Naik Haji setelah Menabung 17 Tahun
Mata perempuan itu seketika memerah. Bulir air mata mengalir. Sambil terisak, ia bercerita getir hidupnya hingga dapat berangkat ke Tanah Suci. Sesekali, suaranya nyaris tak terdengar hanyut dalam keharuan. Siang itu, dia duduk di atas tikar diapit koper dan tas biru jamaah haji.
Baca Juga
"Saya mencuci baju warga di tiga rumah. Nyuci sekaligus setrika. Kadang saya juga bekerja untuk menjaga anak orang lain," kata perempuan akrab disapa Ani saat ditemui di kediamannya, Kamis (3/9/2015).
Upah yang didapat dari tiga rumah itu memang tidak banyak. Hanya sekitar Rp 1 juta per bulan. Usai menerima gaji, Ani membeli sejumlah kebutuhan rumah tangga. Sisanya baru kemudian ditabung. Itupun tidak rutin saban bulan. Besarannya juga bervariasi, kadang Rp 300 ribu, kadang Rp 200 ribu.
"Baru diberitahu berangkat tahun ini beberapa bulan lalu. Waktu itu saya langsung melunasi semua biaya haji dan melakukan persiapan," jelas Ani.
Mengetahui dirinya masuk dalam daftar jamaah haji asal Banda Aceh, Ani memilih berhenti kerja sejak tiga bulan lalu. Waktunya ia habiskan untuk mengikuti manasik haji maupun memperdalam ilmu agama. Sebagian warga sekitar kaget dan seolah tak percaya anak pasangan Ramli Taran dan Bariah ini akan menunaikan rukun Islam kelima.
"Pemilik rumah juga terharu saat saya bilang berhenti kerja ingin melaksanakan ibadah haji," ungkapnya.
Berbagai pengalaman menjadi buruh cuci pernah dirasakannya. Mulai dari pemilik rumah yang cerewet hingga kerap dimarahi gara-gara hal sepele. Jika sudah tidak ditahan, Ani memilih keluar dan mencari tempat baru. Tak jarang, mantan pemilik rumah tempat ia nyuci kembali meminta jasanya setelah berselang beberapa bulan kemudian. Permintaan itu ada yang dia sanggupi ada juga yang ditolak dengan lembut.
Nuraini sudah mengungkapkan keinginan berhaji pada keluarga sejak lama. Tapi pendapatan orangtuanya pas-pasan sehingga ia memilih hidup mandiri. Pernah suatu ketika, Ani memasang target ingin ke tanah suci sebelum usianya menginjak 60 tahun. Keluarga yang mendengar ucapan Ani, hanya memberi semangat.
"Memang dari dulu kakak saya sudah punya keinginan yang kuat untuk naik haji. Setiap hari ia bekerja agar bisa menabung. Tapi beberapa bulan menjelang keberangkatan, ia ditipu oleh seorang warga. Uang yang dia simpan dipinjam oleh temannya tapi sampai sekarang tidak dikembalikan," kata Nurlaili, adik kandung Nuraini.
Uang sebesar Rp 3,5 juta itu rencananya digunakan untuk membeli berbagai kelengkapan haji. Tapi saat itu, datang seorang perempuan yang sudah dikenalnya dan meminta pinjam uang. Perempuan itu berjanji segera mengembalikan uang tersebut. Karena tidak ada rasa curiga, Ani memberi sejumlah uang yang diminta.
"Setelah dia pinjam uang itu, perempuan itu langsung hilang tidak pernah kelihatan lagi. Saat itu saya kemudian mencari uang lagi agar bisa membeli perlengkapan haji," kata Ani.
Usai pulang dari Tanah Suci nanti, Ani mengaku akan bekerja lebih keras lagi. Masih ada satu keinginannya yang belum tercapai. Selain itu, Ani juga mengungkapkan alasannya hingga kini belum menikah. Menurutnya, sisa umurnya sepenuhnya akan digunakan untuk merawat dan menjaga kedua orangtuanya.
"Pulang dari Tanah Suci nanti saya berkeinginan membawa umrah kedua orangtua. Saya harus bekerja keras lagi," ungkap Ani.
(try/try)
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "Nuraini, Tukang Cuci yang Naik Haji setelah Menabung 17 Tahun"
Post a Comment