Hikayat Kambing Kurban dan Kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Kambing Kurban, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Cerita, Motivasi, Inspirasi, Renungan

Umat Islam memiliki 2 hari raya besar yang setiap tahun selalu dirayakan sebagai hajatan besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Idul Fitri merupakan perayaan kemenangan bagi umat Islam atas keberhasilan mereka dalam menahan hawa nafsu selama berpuasa sebulan penuh pada Bulan Ramadhan. Adapun Idul Adha merupakan unjuk kecintaan umat Islam kepada Allah SWT yang ditunjukkan melalui keikhlasan dalam berkurban.
Ritual kurban merupakan sesuatu yang pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Beliau pada saat itu diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya sendiri, yaitu Ismail. Meski perintah tersebut sangat berat, namun karena kecintaan Nabi Ibrahim yang begitu besar kepada Allah, maka dilaksanakan jugalah perintah tersebut. Allah yang melihat kesungguhan Nabi Ibrahim akhirnya mengutus malaikat untuk mengganti Ismail dengan seekor kambing yang gemuk dan sehat untuk dikurbankan.

Demikianlah kisah teladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim yang merupakan cikal-bakal ritual kurban hari raya Idul Adha, di mana umat Islam sedunia pada hari tersebut beramai-ramai menyembelih hewan kurban sebagai wujud kecintaan kepada Allah SWT. Tentu saja yang dikurbankan adalah hewan kurban. Di Indonesia biasanya hewan yang menjadi obyek kurban adalah sapi dan kambing, dan paling banyak adalah kambing. Ibadah kurban selain merupakan ibadah vertikal, juga memiliki makna sosial di mana daging-daging kurban tersebut umumnya dibagikan kepada kaum dhuafa yang saya yakin amat sangat jarang makan daging setiap harinya.
Saya tidak ingin membicarakan makna dari ibadah kurban mengingat pemahaman agama saya yang masih sangat minim (salah-salah nanti malah digeruduk FPI). Yang ingin saya bicarakan adalah mengenai kambing yang menjadi hewan kurban itu sendiri.

Pernahkah Anda memikirkan, kira-kira bagaimana ya perasaan para kambing tersebut menjelang hari pembantaian? Apakah mereka gelisah? Takut? Sedih? Stres? Panik?
Berdasarkan pandangan mata, yang pernah saya lihat, ketika para kambing kurban itu disodori rumput, ternyata disambar juga dan kemudian dimakan dengan lahapnya. Pada malam hari, kambing-kambing itu masih bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan masih ada pula yang sempat-sempatnya kawin. Pendeknya, sepertinya para kambing itu bersikap as if nothing will happen on the day after tomorrow. Mau ada pembantaian kek, yang penting makan, tidur, kawin, jalan terussss……..
Saya teringat pada sebuah novel klasik karya HAMKA, salah satu sastrawan terkenal yang karya-karyanya sering menjadi tugas bacaan pelajaran Bahasa Indonesia jaman-jaman SMP dan SMA dulu. Novel tersebut kalau tidak salah berjudul “Kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk”.
Berkisah tentang sebuah kapal yang mengarungi lautan dengan membawa banyak penumpang yang berasal dari berbagai macam suku bangsa. Syahdan, kapal tersebut mengalami kebocoran dan terancam akan tenggelam (gambarannya mungkin seperti detik-detik tenggelamnya kapal Titanic kali, ya?). Penumpang pun panik. Maka kaum muda sebagai harapan penerus masa depan pun turun tangan untuk berjibaku menyelamatkan kapal.
Para pemuda Eropa yang badannya tinggi, besar, dan tegap langsung berloncatan dan berlari menuju lokasi bocornya kapal. Mereka mencari berbagai benda apapun yang dapat digunakan untuk menambal kapal. Sebagian bahkan dengan heroiknya mencoba menutup lubang kapal dengan tubuhnya.

Begitupun halnya dengan yang dilakukan para pemuda Jepang. Dengan semangat “Gambaru”, mereka berusaha memperbaiki kapal dengan usaha terbaik hingga titik penghabisan.
Para pemuda Cina dengan sigap berusaha menyelamatkan harta benda dan barang-barang berharga serta barang-barang dagangan mereka. Sementara itu, para pemuda Timur Tengah yang dikenal sangat religius langsung berkumpul untuk melakukan dzikir dan doa bersama, memohon pertolongan Allah SWT agar kapal dan para penumpang di dalamnya diselamatkan dari segala marabahaya.
Lantas, apa yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia?
Mereka juga tak kalah sigap, kok! Mereka juga langsung berkumpul untuk……bikin FORUM! Iya! Forum; forum untuk menyelamatkan kapal dari tenggelam. Nama forumnya adalah: Generasi Muda Peduli Kapal Bocor.

Segera dilakukan pertemuan untuk rapat pembahasan pembentukan organisasi. Dibahas dulu, mau seperti apa bentuk organisasinya; apakah eksklusif dengan hanya melibatkan para pemuda Indonesia, atau inklusif dengan mengajak serta pemuda lain bangsa yang ada di kapal.
Selanjutnya adalah menentukan visi dan misi organisasi, serta rencana strategis alias renstra, untuk 5 hingga 10 tahun mendatang (meski kapal Van Der Wijk sendiri belum tentu masih bisa bertahan dalam jangka waktu 24 jam ke depan).
Setelah disusun renstra, segera disusun juga TOR dan RAB untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka merealisasikan renstra tadi. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain mulai dari rapat-rapat konsinyasi, rapat FGD, rapat koordinasi, rapat sinkronisasi, serta workhop, seminar, hingga perayaan seremonial “Hari Kapal Bocor Sedunia”. Dan “gong” dari segala kegiatan tersebut berpuncak pada aksi pernyataan sikap berupa “Deklarasi Peduli Kapal Bocor”.

Demikianlah kontribusi yang diberikan oleh para pemuda Indonesia.
Ehm…..tapi ngomong-ngomong, apa hubungannya, ya, antara kambing kurban, kapal Van Der Wijk, dan kantor yang konon katanya terkenal hobi rapat itu?
Saya sendiri juga bingung…….jadi, marilah kita tanyakan saja…….pada rumput yang bergoyang……..

Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi

0 Response to "Hikayat Kambing Kurban dan Kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel