MENJADI BAHAN PEMBICARAAN DI MANA-MANA

Terkenal, Pembicaraan, Cerita, Motivasi, Inspirasi, Renungan

Jadi bahan pembicaraan di mana-mana laksana uang bersisi dua. Jika bisa dimanfaatkan maksimal, akan menguntungkan. Tapi, jika tak waspada, malah akan menjerumuskan.

Dalam strategi bisnis kita mengenal istilah “komunikasi dari mulut ke mulut”, sebuah istilah yang sudah ada sejak lama namun hingga kini masih terus menjadi ujung tombak penjualan. Cara membuat sebuah produk jadi pembicaraan di mana-mana masih menjadi salah satu solusi terbaik agar sebuah produk bisa terjual dengan maksimal. Tentu, syarat utamanya adalah dengan menjaga kualitas produk dan layanan yang diberikan pun harus terjaga.

Ambil contoh program nol rupiah terbang bersama AirAsia. Maskapai yang berasal dari Malaysia tersebut awalnya hanya maskapai kecil, yang dinahkodai oleh Tony Fernandes, seorang pebisnis bidang musik, yang sepertinya tak ada hubungan sama sekali dengan dunia penerbangan. Tapi, Tony—yang dari pengetahuannya di bidang musik tahu persis bagaimana menyenangkan selera orang—membuat gebrakan. Ia mengenalkan konsep low cost carrier alias penerbangan murah, dengan beberapa pemotongan biaya tanpa mengurangi faktor keamanan. Tony menyebut banyak penghematan yang dilakukan—mulai dari tidak mencetak tiket hingga tidak menyediakan paket makanan di pesawat—agar bisa membuat penumpang mendapat harga terbaik yang sesuai harapan.

Tak tanggung-tanggung. Di tengah banyaknya maskapai yang saat itu—sekitar tahun 2001-an—kesulitan dana hingga tutup, ia malah menggebrak dengan menjual tiket murah dengan tagline now everyone can fly. Beberapa kali, AirAsia menjual tiket nol rupiah untuk satu juta penumpang. Kehebohan pun terjadi! Banyak orang yang tak biasa naik pesawat karena mahalnya harga, menjadi ribut membicarakan program tersebut. Ada yang senang. Tapi, ada pula yang komplain. Sebab ternyata, harganya tak benar-benar nol rupiah, karena harus menambah ini dan itu, seperti biaya makanan, biaya memilih tempat duduk, hingga biaya bagasi.

Namun, lama-kelamaan, komplain terhadap biaya tetek bengek itu akhirnya dimaklumi pengguna jasa penerbangan tersebut. Bagi yang tak butuh bagasi, tinggal bawa tas ukuran sedang untuk masuk di kabin pesawat. Bagi yang tak mau pilih kursi, sepanjang sampai dengan selamat, toh tak perlu bayar lagi. Hasilnya? Sampai sekarang, AirAsia dikenal sebagai pesawat berkonsep low cost carrier terbaik di dunia hingga beberapa kali. Mereka terus “menggoda” dengan program-program terbang murahnya.

Tiga Hal Mendasar

Tentu, menjadi bahan pembicaraan di mana-mana saja belum cukup. Tetap ada hal mendasar yang harus dipahami sebelum menjalankan strategi agar kita bisa menjadi pembicaraaan di mana-mana.

Pertama, kualitas harus tetap jadi prioritas. Sebab, tanpa menjaga kualitas, orang yang berbondong-bondong datang bisa jadi kecewa. Ujungnya, pembicaraan di mana-mana yang awalnya sangat membuat orang penasaran, malah berujung pada pembicaraan negatif. Akibatnya, produk yang belum matang, sudah layu duluan. Karena itu, kesiapan dan persiapan untuk menjaga kualitas produk agar tetap terjaga—minimal setara dengan yang dijanjikan—seharusnya jadi pegangan utama.

Kedua, dari segi layanan juga harus menjadi nilai tersendiri yang jadi perhatian. Untuk itu, dibutuhkan kesiapsiagaan menghadapi “banjir permintaan” ataupun kondisi percepatan yang tak diduga-duga. Ketika sebuah produk sudah dibicarakan di mana-mana, jika ternyata stok barang kurang dan layanan jadi jelek saking banyaknya permintaan, bisa jadi bumerang. Ujungnya, pembeli atau calon pengguna ramai-ramai komplain. Mereka akan menyebarkan berita kekecewaan tersebut ke mana-mana. Inilah mengapa, layanan juga tetap harus jadi perhatian utama.

Ketiga, sadari bahwa selalu ada orang yang puas dan tidak puas. Semua itu lazim adanya. Tinggal, bagaimana kita menyikapi semua nada pembicaraan tersebut. Jika negatif, jadikan itu sebagai masukan untuk memperbaiki kinerja. Jika positif, jadikan itu sebagai standar untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kemampuan selanjutnya.

Menjadi pembicaraan di mana-mana memang bisa menguntungkan dan bisa menjadi pilihan dalam upaya meraih kesuksesan usaha. Namun, harus selalu diingat, kewaspadaan harus ditingkatkan. Sebab, kalau sudah dibicarakan, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, sebagaimana janji yang diberikan. Kualitas, pelayanan, dan kemampuan untuk memberikan yang terbaik, harus bisa dikedepankan.

Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi

0 Response to "MENJADI BAHAN PEMBICARAAN DI MANA-MANA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel