HAL BAIK PERLU DIPOLES (hao shì duo mó)
Banyak orang yang mendambakan kesuksesan. Tapi, sering kali kurang menyadari, bahwa untuk mencapai kesuksesan, semua perlu proses, perlu waktu, dan perlu diperjuangkan. Hal ini mengingatkan saya pada pepatah kuno hao shì duo mó yang arti harfiahnya adalah “Hal baik perlu dipoles”.
Ada banyak contoh nyata di dunia bahwa apa yang menjadi baik, mahal, indah, semua pasti mengalami proses yang kadang sangat sulit. No pain, no gain adalah pepatah yang sangat pas untuk menggambarkan “polesan” yang diperlukan oleh setiap insan untuk bisa jadi sesuatu yang bernilai di kehidupan masing-masing orang.
Tembikar atau keramik yang sangat indah terbentuk dari proses dibakar dan dipoles bukan hanya sekali dua kali saja. Atau, lihat juga kristal kaca nan cantik. Jika melihat prosesnya, kristal itu dibentuk dengan dibakar, dibentuk, dibakar, dibentuk lagi, dibakar, dibentuk lagi, begitu seterusnya hingga diperoleh bentuk yang diinginkan. “Polesan” melalui bakaran dan bentukan yang kemudian ditimpa dengan pendinginan itulah yang membuat kristal nan cantik bisa menjadi kristal mahal yang punya nilai seni tinggi. Tanpa “penderitaan” dengan dibakar pada suhu sangat panas, ia hanya akan jadi kaca biasa yang kurang bernilai.
Polesan-polesan semacam inilah yang sebenarnya kerap kali akan kita temui sejak lahir hingga kematian menjemput. Coba ingat berapa kali kita terjatuh saat hendak belajar jalan. Kita juga sering kali berdarah kala ingin belajar sepeda. Saat remaja, dewasa, bekerja, hingga akhirnya tua dan meninggal, tak ada satu pun proses yang “mudah” yang kita jalani. Semua pasti mengalami “polesan” kesulitan dengan derajat penerimaannya masing-masing. Namun, kita bisa menjadikannya “mudah” saat kita justru menjadikan semua itu pembelajaran bagi kita. Sehingga, kita akan tumbuh jadi insan yang kuat dan mampu menjadi sosok yang dapat mengarungi berbagai ujian.
Polesan
Saya sendiri mengalami banyak momen yang menjadi sarana “polesan” diri hingga menjadi seperti saat ini. Satu hal yang saya ingat adalah di masa kecil saya ketika hidup dalam kondisi kekurangan. Waktu itu, untuk mendapat air bersih untuk diminum, kami harus menunggu air menetes di atas jam 12 malam. Sebab, air bersih yang keluar dari saluran air tidak muncul di siang hari.
Waktu menunggu tetesan—bukan kucuran—air agar sampai penuh satu ember, perlu waktu satu jam lebih. Tak pelak, itu adalah waktu yang sangat membosankan. Tapi, di sinilah komitmen kita diuji. Karena itu, di tengah waktu menunggu, saya memilih untuk memanfaatkan waktu untuk memoles diri. Kala itu di Malang, saat tengah malam cuaca juga sangat dingin. Maka untuk mengusir rasa dingin dan kantuk, kungfu menjadi sarana olahraga yang saya rasa paling pas untuk dilakukan. Di sinilah, tanpa saya sadari, potensi dan kekuatan diri terus dipoles. Saat menghadapi penderitaan—karena harus menunggu air bersih—saya justru berkembang dari sisi kemampuan diri, utamanya beladiri. Hal itu jugalah yang akhirnya menjadi salah satu sarana sukses saya dalam mewujudkan impian menjadi aktor laga.
Dear Readers,
“Polesan” semacam itulah, yang barangkali masing-masing orang punya kisah tersendiri. Dan, tergantung pada masing-masing orang jugalah, bagaimana ia menyikapi masa polesan itu. Ada yang memilih menggerutu, menyikapi dengan biasa-biasa saja. Akan tetapi ada pula yang menjadikan itu sebagai sarana belajar yang bisa jadi bekal kehidupannya. Semua tergantung pada diri kita, bagaimana akan menyikapi setiap hal yang kita temui.
Pada akhirnya, saya tekankan, niat dan hal baik (cita-cita, tujuan hidup, dan lainnya) itu perlu diperjuangkan! Mungkin saja, hari ini kita dilecehkan, dijatuhkan, diremehkan, atau disia-siakan dengan apa yang sedang kita lakukan. Tapi ingat, hao shì duo mó, hal baik perlu dipoles. Jika dilandasi dengan ketulusan, perjuangan yang terus kita lakukan, pasti akan memberikan hasil yang maksimal.
Sumber: Andrie Wongso
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "HAL BAIK PERLU DIPOLES (hao shì duo mó)"
Post a Comment