NILAI KEJUJURAN WARUNG DI JEPANG | Warung Tanpa Penjual
Ini salah satu budaya yang sudah lama menjamur di Jepang. Warung tanpa penjual, hanya mengandalkan kejujuran dari pembeli. Biasanya bangunan kayu sederhana, asal cukup untuk memayungi hasil jualan hasil bumi. Kubis, sayur, bawang bombay, daun bawang bahkan bunga. Apa saja dijual, sesuai yang dipunyai pemilik kebun. Paling banyak di temui di daerah pedesaan. Jangan harap di daerah elit Ginza, Tokyo, bisa menemukan warung seperti ini.
Bahkan pernah saya melihat sampai takjub, warungnya sungguh "vulgar". Tanpa apa pun juga. Terbayang kalau hujan bagaimana ini dagangannya..? Maksudnya, warungnya kadang hanya digelar di depan halamannya, tanpa bangunan sama sekali, hanya alas terpal berwarna biru atau hanya dikasih meja dan sebuah celengan. Ada tulisan tangan, silakan bayar sini bila beli barang. Sudah begitu saja!
Dahulu karena saking takjubnya, setiap melihat pasti potret sana sini. Nilai kejujuranlah, yang diutamakan di warung kejujuran. Kalau mau nakal juga, tidak ada yang melihatnya. Toh tidak ada CCTV. Silakan mau berbuat curang. Atau mau ambil juga, silakan, kalau tidak tahu malu dan tidak kasihan dengan pemilik kebun. Biasanya pemilik kebun ini sangat bahagia dan bangga dengan hasil kebunnya. Pilihan ada di tangan! Hal yang menyedihkan kalau hanya demi uang 100 yen melakukan hal yang tercela, mengambil barang dagangan tanpa bayar.
Warung kejujuran di Jepang ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Pertama, para petani atau pemilik kebun ini bekerja dengan sepenuh hati dan pastinya rajin sehingga bisa mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Kalau malas, tak mungkin ada hasil panen yang layak diperjualbelikan. Saya suka mengamati hasilnya. Memang hasil panen masih kalah dengan yang dijual di supermarket tetapi tetap sangat layak dikonsumsi dan harganya murah.
Kedua, kejujuran juga salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Warung sederhana ini mengajarkan orang untuk jujur. Kalau mau barangnya, maka bayarlah 100 yen untuk per item. Bukan masalah harga murah atau tidak, tetapi hal terpenting adalah kejujuran kita. Ada atau tidak pemiliknya, tidak jadi masalah. Sejatinya sebagai manusia memang harus saling menghargai dan jujur membayar 'kan?
Bekerja dengan sepenuh hati, rajin, telaten, ulet dan ditambah dengan jujur itulah hal-hal positif yang bisa diajarkan dari sebuah warung kejujuran di Jepang. Sama halnya dengan yang diajarkan Andrie Wongso, motivator no 1 Indonesia. Kaya mental! Sukses hanya bisa diraih oleh orang-orang yang kaya mental. Percayalah! Tak ada kesuksesan yang instan dan tidak jujur. Semua butuh proses!
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "NILAI KEJUJURAN WARUNG DI JEPANG | Warung Tanpa Penjual"
Post a Comment